BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta dilapangan menunjukkan
bahwa banyak siswa kelas VII MTs Al Syaf Takhir bersikap pasip ketika
berlangsung pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi
pendengar yang baik. Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka
diam. Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam
tanpa komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun
diam. Fakta ini dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan strategi
pembelajaran yang memadai. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah
dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi
belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa
khususnya materi aqidah akhlak.
Sehagaimana dijelaskan diatas
bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi
pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk
menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang
kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah
metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau
berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center).
Dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student
Activity) diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya
juga diikuti dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan
bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu
dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola
interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga
sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi
belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru
dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas,
peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan
berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang Sejarah
Kebudayaan Islammelalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar
belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan
beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
- Apakah pendekatan berbasis aktivitas dapat menumbuhkan motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islampokok bahasan Kisah Kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Azis pada siswa MTs Al Syaf Takhir Kelas VII pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012?
- Bagaimana dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pokok bahasan Kisah Kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Azis pada siswa MTs Al Syaf Takhir Kelas VII pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan
masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui
dan mendeskripsikan :
- Tingkat Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar Sejarah Kebudayaan Islam pokak bahasan Kisah Kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Azis pada siswa MTs Al Syaf Takhir Kelas VII pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012.
- Tingkat dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pokok bahasan Kisah Kesederhanaan dan keshalehan Umar bin Abdul Azis pada siswa MTs Al Syaf Takhir Kelas VII pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1. Secara teoritis,
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan
mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas
pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam khususnya pada pokok
bahasan Kisah Keteladanan dan Keshalehan Umar bin Abdul Azis pada siswa MTs Al
Syaf Takhir Kelas VII pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012
2.
Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa
bermanfaat bagi :
a. Guru Madrasah Tsanawiyah Al-Jamil
Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang Sejarah
Kebudayaan Islampada siswa kelas V1I semester 2 Madrasah Tsanawiyah Al Syaf
Takhir melalui implementasi strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
berbasis aktivitas, dan pada MTs umumnya.
b. Siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Jamil
Untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
berbasis aktivitas khususnya materi Aqidah Akhlak
c. Lembaga Madrasah Tsanawiyah Al-Jamil
Sebagai
satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan
penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil
prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
d. Mapenda Kementrian Agama Kabupaten
Lombok Tengah
Sebagai
masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar mengikuti, memperhatikan,
dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, sehingga kelemahan
pelaksanaan dalam proses belajar mengajar di lapangan pendidikan dapat
diperbaiki sesuai dengan rekomendasi dari hasil - hasil penelitian tindakan
kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian
Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata
latin "movere" yang artinya bergerak (Stresser, 144t). Adapun
pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain : menurut Teaven
dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku dengan
memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas.
Menurut Chauhan (14?8) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas
pada organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri, 1481; Franken,
1982) r-nengggunakan istiiah Drive rtau mativasi adalah suatu
kanstruksi dengan tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan persisten.
Artinya motfvasi dengan intensitas yang e,ukup akan memberikan arah kepada
individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan secara terus menerus
(Djalali, 2001). Menurutnya motivasi digelongkan menjadi tiga hagian, pertama,
Orgcrraik needs (kebutuhan vital, seperti : makan, minum, dan lainlain).
Kedua, Emergency motives, ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus
terpenuhi dan tergantung pula pada keadaan lingkungan. Ketiga, Objectives
motives dan interest (L3akir, 1993). Menurut Eysenk dan kazvankatuan
motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan suatu tingkatan
kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep seperti minat,
bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut Maslow (1943, 1970) motivasi
suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan tertentu seperti harga diri diantaranya (Slameto, 2003). David
McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown seperti dikutip oleh Wahjosumidjo
(1983), bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri
seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut McDonald motivasi ialah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat dari komponennya motivasi
memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner Component) dan
komponen luar (Outer Component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam
diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan atau kecemasan psikologis (Anxiety
Of Psychology). Komponen luar adalah apa yag di inginkan seseorang, tujuan
yang menjadi arah perbuatannya (Hamalik, 2002).
Serdasarkan beberapa pendapat
dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar Sejarah
Kebudayaan Islamadalah suatu kekuatan (Power), tenaga (Forces), serta
daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex
State) dan kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri ir.dividu
untuk bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu, baik
disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai semua aspek dalam
bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri
individu (Instrinsik) dan dari luar diri individu (Ekstrin,sik)
2. Jenis - Jenis
Motivasi
Salah satu fungsi pengajaran
adalah memberikan motivasi kepada siswa agar mereka bisa melaksanakan tugas -
tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Adapun mengenai
motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
a. Motivasi
Instrinsik (Instrinsic Motivation)
Motivasi Instrinsik adalah
motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau dorongan yang timbul
dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan
tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk menguasai nilai - nilai yang
terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan karena keinginan lain seperti
mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
b. Motivasi
Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik merupakan
kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang
aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui,
dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila seseorang telah memiliki
motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu
kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya. Dalam ak-tivitas
belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak memiliki
motivasi instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara terus
menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi instrinsik
cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian
tertentu dan gemar belajar.
c. Motivasi
Ekstrinsik (Ekstrinsic Motivation)
Motivasi ekstrinsik
meraapakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah
dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar,
misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivsi
yang tidak diperlukan dan
tidak baik dalam pendidikan. Motivsi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau
belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk
belajar. Guru yang berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa.
Karena itu, guru harus bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini
dengan akurat dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas
(Djamarah, 2QQ2).
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi
yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip
Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah
persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing
dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan
kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang
lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk
bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan karya tulis,
lomba menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya. Kompetisi
juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai
upaya unjuk kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan
berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat
berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini
motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk
kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah
keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip
ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima
seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan
ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan sebuah reward yang
memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada
siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional dan benar-benar
dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip
Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat
suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan.
Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan
belajarnya secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan
dengan memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara
lain adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi
tujuan yang khusus dan lebih dekat.
e. Pemahaman
Hasil
Dalam uraian diatas, teiah
dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan dari apa yang
telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan
tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang akan
mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus menjadi
lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan, memiliki kaitan erat dengan
kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar seyogyanya
selalu memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh
setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan
nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti ini akan sangat
bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk
keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu
dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
f.
Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai
rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya
adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan
memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini
motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat
siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh
kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi
belajar secara efektif dan produktif.
g.
Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang
kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan
dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu
dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan
ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis
seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi,
bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h.
Keteladanan
Prilaku guru secara langsung
atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya
positif maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar.
Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi
sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani,
para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas,
ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002),
agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat
digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik dalam
mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang optimal,
diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan lebih bermakna
bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka
miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi
bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha
menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara memberikan
kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2) Modelling. Siswa akan
suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan
lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan
dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau
menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati
dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa
lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru
terbuka terhadap pengawasan siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah
dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat
menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha
mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka miliki. Siswa
yang berada dalam kelompok yang bersyarat akan mudah mengamati hubungan antara
pengetahuan yang sederhana yang telah mereka miliki dengan pengetahuan yang
kompleks yang akan dipelajari. 5) Novelty. Siswa akan lebih senang
belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty)
atau masih asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik
secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang
belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan
yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan
dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi
secara sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai
menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang menyenangkan. Siswa
akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajarannya
menyenangkan.
B. Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan
Islam adalah sejarah yang berisi tentang
sejarah Islam khususnya kebudayaan Islam pada masa lampau. Sejarah
Kebudayaah Islam yang dimaksud di sini adalah nama mata pelajaran yang di
belajarakan pada pendidikan Islam atau MTs
B. Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus
mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif agar
memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi
proses belajar mengajar saat ini asas aktivitas (Student activity) lebih di
tonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa
menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam
kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi
tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa
harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru
kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001) ada beberapa jenis aktivitas yang
disampaikan oleh para ahli, antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2)
Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6)
Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1. Kegiatan Visual.
Yang termasuk kegiatan ini adalah membaca, meiihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
2. Kegiatan-kegiatan
Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3. Kegiatan
Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang
dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan
pelajaran yang diajarkan.
4. Kegiatan Menulis,
misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan
tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan
Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6. Kegiatan
Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih
alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari dan berkebun.
7. Kegiatan
mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan
- hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan
Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis
kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa
menimbulkan minat, berani, tcnang, dan lain- lain.
9. Berpikir.
Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan
baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat.
Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan
belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono,
1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam
kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi
tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa
harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru
kepada siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang
berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Pokok Bahasan Kesederhanaan
dan Keshalehan Umar bin Abdul Azis pada Siswa Kelas VIII Semester 2 Madrasah
Tsanawiyah Al-Jamil" yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang selama ini
digunakan oleh guru Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar siswa
kelas VIII Semester 2 MTs MTs Al-Jamil, diganti dengan strategi pembelajaran
berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan
motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi belajar Sejarah Kebudayaan Islampokok
bahasan sifat-sifat Allah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini adalah Madrasah Tsanawiyah Al
Syaf Takhir Desa Aik Bual Kopang Lombok Tengah, kelas VIII smester 2 terdiri
dari 6 siswa dan 11 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan 7m x 8m, dengan
fentilasi pencahayaan ruangan cukup standard. Lama penelitian kurang
lebih tiga bulan dimulai dari bulan April samapai bulan Juni 2012, sedangkan
subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan
belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Al Syaf
Takhir pada tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat efektifitas
Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar Sejarah
Kebudayaan Islampokak bahasan sifat-sifat Allah pada siswa kelas VIII.
Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga
tatap muka (pertemuan).

Refleksi awal, kelas VIII smester I materi Sejarah
Kebudayaan Islamsangat pasip, siswa hanya mendengar dan menyimak, bagaimana
guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktip?
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi Sejarah
Kebudayaan Islamkhususnya sifat-sifat Allah, latihan dengan mengerjakan
beberapa soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan dan motivasi siswa.
2. Tindakan (action) kegiatan mencakup
a. Siklus I dimulai dari refleksi awal,
kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi
akhir.
b. Siklus II (sama dengan siklus I)
3. Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan
mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1). Keaktifan siswa dalam
diskusi
2). Banyaknya siswa yang
bertanya
3). Banyaknya siswa yang
menjawab pertanyaan guru/siswa lain
4). Memberikan pendapat
4. Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan
antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil
penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa
prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1. Observasi
Obsevasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi
langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama
dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara
langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah
observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang
selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam
menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
- Wawancara
Wawancara merupakan salah
satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara
dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat
peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada
siswa kelas VIII dan guru - guru kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Pondok
Pinang.
- Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan
bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga
buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
D. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a. Sebanyak 75% siswa dapat memahami materi Kisah Kesederhanaan dan keshalehan Umar bin
Abdul Azis
b. Ketuntasan
belajar tercapai jika 85% siswa mendapat nilai
65
c. Untuk kriteria
keaktifan siswa mendapat nilai baik, dilihat dari hasil penilaian instrument
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. qualitative research in
education, Allyn & Bacon, Boston
Dakir, 1993. Dasar-Dasar Psikologi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat
Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka Media, Malang
Djamarah, S. B. 2002. Psik.ologi Belajar, PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective
Evaluation, Jossey-Bass Publishers, Sanfransisco
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan
Dan Sosial, edisi pertama, 13ayu Media Publishing, Malang
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, Penerbit
Sinar Baru Algensindo, Bandung
Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi terhadap Hasil
Belajarnya Siswa, Tabularasa, Vol. 2, No. 3
Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis Data
Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas Indonesia,
Jakarta
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung
Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic
Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar